LAPORAN
PRAKTIKUM
IPA DASAR 1
PENGARUH
LIDAH MERTUA (Sansiviera sp.)
TERHADAP ASAP ROKOK
Disusun oleh :
Lisna Styaningsih (14312241036)
Galih Widi Astuti (14312241040)
Annisa Fatma Palupi (14312244011)
Risea Luthfi Hakim (14312244014)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS
NEGERI YOGYAKARTA
2014
A. JUDUL
Pengaruh Lidah Mertua (Sanseviera sp.) terhadap Asap Rokok
B. RUMUSAN
MASALAH
Bagaimana pengaruh Lidah Mertua (Sansiviera sp.) terhadap asap rokok?
C. LATAR
BELAKANG
Indonesia
adalah salah satu negara yang tidak menandatangani kontrak kesepakatan Framework Convention of
Tobacco (FCTC), sehingga tidak mempunyai kewajiban dan tanggungjawab untuk
melarang atau mengendalikan peredaran rokok di negaranya. Dampaknya adalah
perokok pemula dan perokok aktif semakin meningkat.
Dirjen
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kemenkes mengatakan, saat
ini Indonesia masih menjadi negara ketiga dengan jumlah perokok aktif terbanyak
di dunia 61,4 juta perokok setelah Cina dan India sekitar 60 persen pria dan
4,5 persen wanita di Indonesia adalah perokok. (
Tjadra Yoga Aditama.2013)
Asap rokok mengandung sekitar 4.000 zat
kimia berbahaya bagi makhluk hidup
dimana
43 zat diantaranya bersifat karsinogenik. Semakin banyaknya pengguna rokok berarti
semakin banyak pula korban terkena berbagai penyakit yang ditimbulkan oleh rokok.
Di Indonesia sering kita
temukan tanaman Lidah Mertua baik di rumah, lingkungan sekolah, ataupun
lingkungan kerja yang hanya menjadi tanaman hias. Padahal, berdasarkan hasil
penelitian NASA menyebutkan bahwa Lidah Mertua (Sanseviera sp.) mengandung bahan aktif pregnan glikosida yang
mampu menyerap 107 unsur yang terkandung dalam polusi udara utamanya asap
rokok.
Untuk
itu kami akan melakukan suatu percobaan untuk menguji apakah tanaman Lidah
Mertua (Sanseviera sp.) terbukti mampu menetralisasi
asap rokok.
D. HIPOTESIS
Tanaman
Lidah Mertua (Sansiviera sp.)
mampu menetralisasi udara yang mengandung asap rokok. Hal ini disebabkan karena tanaman Lidah Mertua
menyerap memiliki zat aktif pregnane glikosid yang mampu menyerap polutan.
E. DASAR
TEORI
Dari
hasil literatur diketahui bahwa tanaman Lidah Mertua (Sansiviera sp.)
memiliki zat aktif pregnane glikosid. Polutan yang telah diserap kemudian dikirim
ke akar pada bagian akar mikroba melakukan detoksifikasi. Proses detoksifikasi
ini menggunakan zat aktif pregnane glikosid. Melalui proses ini mikroba akan
menghasilkan suatu zat yang diperlukan oleh tanaman seperti asam amino, gula,
dan asam organik. Setelah detoksifikasi juga dihasilkan udara yang telah
bersih. (Purwanto, 2006)
Lidah
Mertua (Sanseviera sp) memiliki
banyak kelebihan, seperti mampu bertahan hidup pada rentang waktu suhu dan
cahaya yang sangat luas, sangat resisten terhadap polutan, dan mampu menyerap
107 jenis polutan di daerah padat lalu lintas dan ruangan yang penuh asap
rokok. Berdasarkan data yang dirilis Kompensasi, ada banyak manfaat dari Sansevieria sp. Di dalam tiap helai daun
ada pregnane glycoside, zat yang mampu mengurai zat beracun menjadi
senyawa organik, gula, dan asam amino. Zat beracun yang diurai, seperti
karbondioksida, benzen, xilen, formaldehid, koloroform, dan triklorotilen. Di
dalam ruangan, sansevieria bisa menangani sick building syndrome, yaitu
keadaan ruangan yang tidak sehat akibat tingginya konsentrasi gas
korbondioksida, nikotin dari rokok, dan penggunaan AC. Satu tanaman Sansevieria sp dewasa berdaun 4/5 helai
dapat menyegarkan kembali udara dalam ruangan seluas 20 m persegi. Selain
itu, Sansevieria sp yang dipotong-potong
5 cm yang ditempatkan di dalam kulkas dapat menghilangkan aroma tidak sedap.
Dalam lingkungan industri potongan daun ini disebarkan di ruang-ruang produksi
industri untuk mereduksi senyawa beracun yang terhirup oleh pekerja. Lebih
lanjut, tanaman yang juga bernama Old Century Plant, dapat mereduksi radiasi
gelombang elektromaknetik yang ditimbulkan oleh komputer dan televisi.
Ikan
mas (Cyprinus Carpio L.) dapat digunakan sebagai hewan uji hayati karena
sangat peka terhadap perubahan lingkungan (Brinley cit. Sudarmadi, 1993). Di
Indonesia ikan yang termasuk famili Cyprinidae ini termasuk ikan yang
populer dan paling banyak dipelihara rakyat, serta mempunyai nilai ekonomis.
Ikan mas sangat peka terhadap faktor lingkungan pada umur lebih kurang tiga
bulan dengan ukuran 8-12 cm.
Biji kecambah merupakan organ tumbuhan yang biasanya
cepat mengalami perkembangan dan pertumbuhan. Dalam keadaan normal, biji
kecambah yang dibiarkan dalam media tumbuh
yang sesuai dapat berkembang membentuk organ baru dalam waktu 1 x 24
jam. Dalam hal ini arti pertumbuhan sendiri adalah bertambahnya ukuran dari
organ yang baru saja mengalami perkembangan. Sedangkan perkembangan merupakan
munculnya suatu organ baru.
F. METODE PENELITIAN
a. Variabel
1. Variabel bebas :
Jenis dan jumlah tanaman Lidah Mertua.
2.
Variable kontrol : Ukuran, jenis dan bentuk kardus
yang dimodifikasi, jumlah dan ukuran ikan mas, ukuran dan jumlah biji kacang
hijau, jenis dan jumlah rokok, jumlah air, jenis dan jumlah kapas.
3.
Variabel terikat : Perilaku ikan dan perkembangan
dan pertumbuhan biji kacang hijau.
b. Alat
dan Bahan
1. 2
kardus yang dimodifikasi
2. 3 pot kecil
3. 3 tanaman Lidah Mertua
4. 12 ikan mas kecil
5. 2 tempat/wadah ikan mas
6. 6
biji kacang hijau
7. 2
batang rokok
8. Air
9. Makanan
ikan
10. Kapas
11. 2
lempeng besi
c. Cara
Kerja
1. Menyiapkan
alat dan bahan yang diperlukan.
2. Menempatkan
dua kardus secara terpisah
dan berdampingan.
3. Menaruh
3 tumbuhan Lidah Mertua (Sansiviera sp.)
yang
telah ditanam dalam pot kecil pada salah satu kardus.
4. Menempatkan
6 ekor ikan dan biji kacang
hijau yang ditempatkan pada kapas di masing-masing kardus.
5. Menaruh
lempeng logam dan membakar rokok kemudian menempatkannya pada masing-masing
kardus.
6. Menutup kardus dengan segera.
7. Mengamati
dan mencatat perilaku ikan mas dan perkembangan biji kacang hijau selama 4 hari berturut-turut.
Foto
langkah kerja dalam Lampiran I.
G.
HASIL PENGAMATAN
Ø Pengamatan pada biji kacang hijau
Hari
|
Waktu setelah pembakaran
|
Perubahan biji kacang hijau
|
|||||
Banyak kecambah yang tumbuh (biji)
|
Jumlah Kecambah
|
||||||
Model 1
|
Model 2
|
Model 1
|
Model 2
|
||||
Tinggi
|
Pendek
|
Tinggi
|
Pendek
|
||||
Hari I
|
15 menit
|
0
|
0
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Hari II
|
23 jam
|
5
|
5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Hari III
|
23 jam
|
6
|
5
|
4
|
2
|
2
|
3
|
Hari IV
|
23 jam
|
6
|
5
|
4
|
2
|
3
|
2
|
Ø Pengamatan pada Ekosistem perairan
Hari, tanggal
|
Waktu setelah pengasapan
|
Kondisi Air
|
Perubahan pada ikan
|
||||
|
Jumlah ikan yang hidup (ekor)
|
Keaktifan
|
|||||
Model 1
|
Model 2
|
Model 1
|
Model 2
|
Model 1
|
Model 2
|
||
Hari I
|
15 menit
|
++
|
++
|
6
|
6
|
+
|
+
|
Hari II
|
23 jam
|
++
|
+
|
6
|
6
|
+
|
+
|
15 menit
|
++
|
+
|
6
|
6
|
+
|
+-
|
|
Hari III
|
23 jam
|
+
|
-
|
6
|
5
|
+
|
+-
|
15 menit
|
+
|
-
|
6
|
5
|
+
|
+-
|
|
Hari IV
|
23 jam
|
+
|
--
|
6
|
3
|
+
|
+-
|
Keterangan
kolom keaktifan : +: Gerak
-:tidak
bergerak
+-:lambat
Keterangan
kolom kondisi air : ++ : Sangat jernih
+ :
Jernih
-
: Agak keruh
--: Keruh
Foto hasil pengamatan dalam Lampiran II.
H.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan
selama 4 hari berturut-turut dengan menggunakan 2 model, model pertama
menggunakan tanaman Lidah Mertua, sedangkan model ke 2 tidak menggunakan
tanaman Lidah Mertua, didapatkan hasil sebagai berikut :
Ø Pada hari pertama, yakni 15 menit setelah pengasapan
ikan pada model 1 dan model 2, semua ikan mengalami gerak normal dengan
kecepatan gerak yang sama. Artinya pengasapan belum berpengaruh terhadap ikan.
Sedangkan pada biji kacang hijau belum mengalami perubahan karena pada hari
pertama merupakan awal dari penempatan biji kacang hijau pada media tanam dan
pertumbuhan serta perkembangan tidak dapat diamati dalam rentang waktu yang
singkat.
Ø Pada hari kedua, yakni 23 jam setelah perlakuan pada
hari pertama, ikan pada model 1 dan model 2, mengalami gerakan yang normal. Hal
ini menunjukkan bahwa pengasapan belum berpengaruh yang disebabkan karena setelah pengasapan pertama dengan selang
waktu 23 jam kami menggunakan tembakau yang alami tanpa campuran dengan kandungan
zat beracun yang sedikit. Tetapi warna air yang dipakai sebagai media hidup
pada model 2 terlihat lebih keruh dibanding warna air yang dipakai sebagai
media hidup ikan pada model 1.Hal ini menunjukkan bahwa zat racun yang
terkandung dalam asap tembakau dapat pula mencemari air disekitarnya,sedangkan
pada model 1 dengan adanya tanaman Lidah Mertua zat racun tersebut dapat
dinetralisasi sehingga tidak mencemari air yang ada disekitar jangkauan asap
tembakau. Sedangkan pada biji kacang hijau pada model 1 dan model 2 sudah
menunjukkan perubahan yang sama, yakni 5 biji pada masing-masing model sudah
mulai berkecambah. Tetapi disini belum menunjukkan adanya perbedaan yang
terjadi pada biji kacang hijau di kedua model. Kemudian pada hari kedua
dilakukan pengasapan kembali dengan menggunakan satu batang rokok dan tembakau
pada masing-masing model. Setelah dilakukan pengasapan selama 15 menit, terjadi
perbedaan yang mencolok pada kecepatan gerak ikan pada model 2, yakni ikan
bergerak lambat. Hal ini menunjukkan bahwa pengasapan dengan batang rokok menghasilkan
zat beracun yang dapat mempengaruhi keaktifan gerak ikan.
Ø Pada hari ketiga, yakni 23 jam setelah dilakukan
pengasapan pada hari kedua, menunjukkan bahwa pada model 2, terdapat satu ekor
ikan telah mati. Hal ini disebabkan karena air yang tercemar yang diindikasikan oleh air yang semakin
keruh dibanding pada hari sebelumnya.Pengamatan terhadap gerak ikan menunjukkan
6 ekor ikan pada model 1 masih bergerak normal seperti pada hari sebelumnya,
sedangkan 5 ekor ikan pada model 2 bergerak lebih lambat dari hari sebelumnya.
Sedangkan pada biji kacang hijau model 1 menunjukkan bahwa 4 biji kacang hijau
telah tumbuh lebih panjang dibandingkan dengan 2 biji kacang hijau yang telah
tumbuh pula. Biji kacang hijau pada model 2, hanya terdapat 5 biji kacang hijau
yang telah tumbuh dengan hanya 2 biji yang tumbuh lebih panjang dan 3 biji
tumbuh dengan perkecambahan yang lebih pendek. Kemudian untuk mengetahui
pengaruh pengasapan rokok pada model 1 dan model 2 dilakukan pengasapan
kembali. Setelah pengasapan selama 15 menit, dapat diamati kembali bahwa gerak
ikan pada model 1 masih terlihat normal, sedangkan pada model 2 gerakan 5 ekor
ikan lebih lambat dan ikan-ikan tersebut lebih sering muncul ke atas permukaan
air. Hal ini menunjukkan bahwa air yang menjadi tempat hidup ikan telah
tercemar sehingga kadar oksigen dalam air tersebut semakin berkurang, sehingga
ikan muncul ke permukaan air untuk memenuhi kebutuhan oksigennya.
Ø Pada hari keempat pengamatan, warna air yang menjadi
tempat hidup ikan pada model 2 semakin keruh dan terdapat 3 ekor telah mati. Hal
ini mengindikasikan 3 ekor ikan yang telah mati tersebut tidak mampu
mempertahankan hidupnya dikarenakan semakin sedikitnya kandungan oksigen dalam
air tersebut dan semakin banyaknya kadar zat racun dari pengasapan akibat tidak
adanya penetralisasi polutan seperti yang terdapat pada model 1 dengan
penetralisasi polutan berupa tanaman Lidah Mertua. Pada model 1 terlihat air
tetap jernih dan gerakan ikan masih normal. Pada biji kacang hijau model 1
semua bijinya tumbuh dengan baik yakni 4 biji kacang hijau tumbuh lebih panjang
dan 2 biji kacang hijau tumbuh lebih pendek, sedangkan pada kecambah dalam
model 2, satu biji tetap tidak mengalami perkecambahan dengan 3 biji
berkecambah lebih panjang dan 2 biji berkecambah lebih pendek.
Penelitian hanya dilakukan
selama empat hari, karena sudah ditunjukkan perubahan yang signifikan baik pada
ikan maupun biji kecambah yang diamati, sehingga data yang diperoleh sudah dapat di pakai
untuk menarik kesimpulan dari hipotesis yang telah praktikan ajukan.
Dari hasil pengamatan jelas
terlihat bahwa tanaman Lidah Mertua mampu menetralisasi asap rokok sehingga
kelangsungan hidup dan gerak ikan serta perkecambahan pada biji kacang hijau
berlangsung seperti pada keadaan normal ketika tidak terdapat paparan asap
rokok disekitar mereka. Hal ini sesuai dengan teori, bahwa tanaman Lidah Mertua
memiliki zat aktif pregnane glikosid yang mampu menyerap polutan di udara.
Pregnane glikosid ini terdapat pada bagian daun tanaman Lidah Mertua. Polutan yang telah diserap
oleh zat aktif berupa pregnane glikosid tersebut kemudian dikirim ke akar, pada bagian akar, mikroba melakukan proses
detoksifikasi. Proses detoksifikasi ini, mempergunakan zat aktif pregnane
glikosid. Melalui proses ini, mikroba akan menghasilkan suatu zat yang
diperlukan oleh tanaman seperti asam amino, gula, dan asam organik. Setelah
didetoksifikasi, juga dihasilkan udara yang telah bersih.
Mikroba yang melakukan proses tersebut berupa sebelas jamur dan enam bakteri
yang terdapat pada bagian akar tanaman lidah mertua. Namun, hingga saat ini
belum penelitian yang menghasilkan kepastian pengetahuan tentang nama dari tiap
jenis mikroba tersebut. Setiap bagian tanaman Lidah Mertua memiliki peranan
penting yang sama dalam menetralisasi polutan di udara. Daun Lidah Mertua tanpa
akarnya tidak dapat bekerja secara sempurna, begitu juga sebaliknya, akar tanpa
adanya daun yang terlebih dahulu mengikat polutan di udara takkan mampu
menjalankan fungsinya dalam proses detoksifikasi.
Berdasarkan literatur, tanaman Lidah
Mertua mampu menyerap polutan derivat hidrokarbon seperti formaldehid sebanyak
0,938 mikrogram/jam, sehingga untuk ruangan 100 m² cukup ditempatkan tanaman
Lidah Mertua dewasa berdaun 4-5 helai. Untuk ruangan dengan volume 100 m³ (panjang
5m, lebar 5 m, tinggi 4 m) dapat ditempatkan tanaman Lidah Mertua dewasa
sebanyak 5 helai sebagai penetralisir udara tercemar agar ruangan tersebut
bebas dari polutan.
Selain sebagai antipolutan yang
menetralisasi berbagai zat penyebab polusi, misanya pada rokok yang mengandung tar, nikotin, dan karbon monoksida
(CO) dan lebih dari 7,000 zat
kimia lain, formaldehid, SO2,
NO, NO2, CO, O3, SPM (Suspended Particulate Matter), Pb, dll. Tanaman Lidah Mertua
juga mampu manangkal berbagai radiasi juga dapat didayagunakan sebagai bahan
dasar pembuatan berbagai jenis obat kesehatan untuk manusia.
Berhubungan dengan perilaku dan kelangsungan hidup ikan
yang di pakai dalam percobaan, karena
oksigen yang terlarut di dalam air semakin terbatas, maka pertukaran oksigen
yang terjadi pada kapiler-kapiler darah di dalam filamen insang terganggu
sehingga pengangkutan oksigen dalam pembuluh arteri brancialis berkurang.
Sedangkan dalam perkecambahan biji kacang hijau dimana perkecambahan tersebut
diawali dengan penyerapan air
dari lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya.
Perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap
imbibisi (berarti "minum"). Biji menyerap air dari lingkungan
sekelilingnya, baik dari tanah maupun udara (dalam bentuk embun atau uap air. Efek
yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel-sel embrio membesar)
dan biji melunak. Pada kecambah
yang udara dan airnya tercemar oleh asap rokok tanpa adanya penetralisir
polutan, maka udara dan air yang diserap selama proses tersebut merupakan udara
yang banyak mengandung racun yang menghambat proses perkecambahan baik pada
tahap imbibisi maupun tahap setelahnya.
Dari pernyataan tersebut menunjukkan bahwa
hasil percobaan yang telah kami lakukan telah sesuai dengan hipotesis dan teori
yang ada, namun terdapat beberapa kendala yang terjadi selama kami melakukan
percobaan,diantaranya adalah :
1.
Alat praktikum
yang kami gunakan kurang memadai, seperti kardus modifikasi yang tidak tahan
panas sehingga mudah terbakar dan memyebabkan asap rokok keluar dari kardus.
Selain itu, kardus modifikasi yang digunakan tidak dapat tertutup dengan rapat,
sehingga ada asap rokok yang terbebas. Keluarnya asap rokok dari kardus
modifikasi ini membuat kami sulit mengontrol banyaknya asap rokok.
2.
Bahan berupa
rokok yang tidak dapat terbakar dengan baik apabila tidak dihisap. Hal ini
mengakibatkan kurangnya kandungan asap rokok diudara. Di samping itu, rokok
yang terbakar pada masing-masing model tidak sama.
3.
Gambar yang
dilampirkan kurang dapat digunakan untuk pembanding karena dalam pengambilan
gambar, posisi pengambilan gambar tidak sama.
Pada percobaan ini, terdapat
beberapa hal yang tidak dapat dikontrol oleh praktikan yang menyebabkan kurang
validnya hasil dari percobaan ini. Namun, pada dasarnya percobaan ini sudah
sesuai dengan teori yang ada.
Untuk mendapatkan hasil yang
lebih baik, sebaiknya wadah pengasapan menggunakan bahan yang tahan panas,
tidak mudah bocor, serta transparan sehingga mudah diamati oleh praktikan.
Pembakaran rokok akan lebih baik jika dilakukan secara langsung, dalam hal ini
dihisap oleh perokok aktif. Sehingga kandungan asapnya sama seperti realita di
lingkungan dan setiap wadah mendapatkan asupan rokok yang sama dan lebih mudah
dikontrol.
I.
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan ini dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa tanaman Lidah
Mertua (Sanseviera sp.) dapat
menetralisasi asap rokok di udara. Maka, hipotesis kami terbukti.
J.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi,Y.S.,I.Hapsari.2012.Kajian
Efektivitas Daun Puring (Codiaeum variegatum) dan
Lidah Mertua (Sansevieria sp.) dalam Menyerap Timbal di Udara Ambien.Jakarta : Erlangga
Gunawan, A.,M.Rivai, E.Setijadi.2011.Pengukuran Kadar Kepekatan Asap pada Lahan Gambut.Surabaya : ITS
Jurnal Ilmiah Universitas Satya Negara Indonesia.5(2): 1-7 (http://distan.riau.go.id/index.php/component/content/article/52-tanaman-hias/193- lidah-mertua.) 28 September
2014,20.00 WIB