Rabu, 25 Februari 2015

Laporan Praktikum IPA Dasar



LAPORAN PRAKTIKUM
 IPA DASAR 1
PENGARUH LIDAH MERTUA (Sansiviera sp.) TERHADAP ASAP ROKOK


Description: H:\Logo_uny.gif



Disusun oleh :
Lisna Styaningsih          (14312241036)
Galih Widi Astuti          (14312241040)
Annisa Fatma Palupi     (14312244011)
Risea Luthfi Hakim        (14312244014)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014
A.    JUDUL
Pengaruh Lidah Mertua (Sanseviera sp.) terhadap Asap Rokok
B.     RUMUSAN MASALAH
Bagaimana pengaruh Lidah Mertua (Sansiviera sp.) terhadap asap rokok?
C.     LATAR BELAKANG
Indonesia adalah salah satu negara yang tidak menandatangani kontrak kesepakatan Framework Convention of Tobacco (FCTC), sehingga tidak mempunyai kewajiban dan tanggungjawab untuk melarang atau mengendalikan peredaran rokok di negaranya. Dampaknya adalah perokok pemula dan perokok aktif semakin meningkat.
Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kemenkes mengatakan,  saat ini Indonesia masih menjadi negara ketiga dengan jumlah perokok aktif terbanyak di dunia 61,4 juta perokok setelah Cina dan India sekitar 60 persen pria dan 4,5 persen wanita di Indonesia adalah perokok. ( Tjadra Yoga Aditama.2013)
Asap rokok mengandung sekitar 4.000 zat kimia berbahaya bagi makhluk hidup dimana 43 zat diantaranya bersifat karsinogenik.  Semakin banyaknya pengguna rokok berarti semakin banyak pula korban terkena berbagai penyakit yang ditimbulkan oleh rokok.
Di Indonesia sering kita temukan tanaman Lidah Mertua baik di rumah, lingkungan sekolah, ataupun lingkungan kerja yang hanya menjadi tanaman hias. Padahal, berdasarkan hasil penelitian NASA menyebutkan bahwa Lidah Mertua (Sanseviera sp.) mengandung bahan aktif pregnan glikosida yang mampu menyerap 107 unsur yang terkandung dalam polusi udara utamanya asap rokok.
Untuk itu kami akan melakukan suatu percobaan untuk menguji apakah tanaman Lidah Mertua (Sanseviera sp.) terbukti mampu menetralisasi asap rokok.

D.    HIPOTESIS
Tanaman Lidah Mertua (Sansiviera sp.) mampu menetralisasi udara yang mengandung asap rokok. Hal ini disebabkan karena tanaman Lidah Mertua menyerap memiliki zat aktif pregnane glikosid yang mampu menyerap polutan.
           


E.     DASAR TEORI
Dari hasil literatur diketahui bahwa tanaman Lidah Mertua (Sansiviera sp.) memiliki zat aktif pregnane glikosid. Polutan yang telah diserap kemudian dikirim ke akar pada bagian akar mikroba melakukan detoksifikasi. Proses detoksifikasi ini menggunakan zat aktif pregnane glikosid. Melalui proses ini mikroba akan menghasilkan suatu zat yang diperlukan oleh tanaman seperti asam amino, gula, dan asam organik. Setelah detoksifikasi juga dihasilkan udara yang telah bersih. (Purwanto, 2006)
Lidah Mertua (Sanseviera sp) memiliki banyak kelebihan, seperti mampu bertahan hidup pada rentang waktu suhu dan cahaya yang sangat luas, sangat resisten terhadap polutan, dan mampu menyerap 107 jenis polutan di daerah padat lalu lintas dan ruangan yang penuh asap rokok. Berdasarkan data yang dirilis Kompensasi, ada banyak manfaat dari Sansevieria sp. Di dalam tiap helai daun ada pregnane glycoside, zat yang mampu mengurai zat beracun menjadi senyawa organik, gula, dan asam amino. Zat beracun yang diurai, seperti karbondioksida, benzen, xilen, formaldehid, koloroform, dan triklorotilen. Di dalam ruangan, sansevieria bisa menangani sick building syndrome, yaitu keadaan ruangan yang tidak sehat akibat tingginya konsentrasi gas korbondioksida, nikotin dari rokok, dan penggunaan AC. Satu tanaman Sansevieria sp dewasa berdaun 4/5 helai dapat menyegarkan kembali udara dalam ruangan seluas 20 m persegi. Selain itu, Sansevieria sp yang dipotong-potong 5 cm yang ditempatkan di dalam kulkas dapat menghilangkan aroma tidak sedap. Dalam lingkungan industri potongan daun ini disebarkan di ruang-ruang produksi industri untuk mereduksi senyawa beracun yang terhirup oleh pekerja. Lebih lanjut, tanaman yang juga bernama Old Century Plant, dapat mereduksi radiasi gelombang elektromaknetik yang ditimbulkan oleh komputer dan televisi.
Ikan mas (Cyprinus Carpio L.) dapat digunakan sebagai hewan uji hayati karena sangat peka terhadap perubahan lingkungan (Brinley cit. Sudarmadi, 1993). Di Indonesia ikan yang termasuk famili Cyprinidae ini termasuk ikan yang populer dan paling banyak dipelihara rakyat, serta mempunyai nilai ekonomis. Ikan mas sangat peka terhadap faktor lingkungan pada umur lebih kurang tiga bulan dengan ukuran 8-12 cm.
Biji kecambah merupakan organ tumbuhan yang biasanya cepat mengalami perkembangan dan pertumbuhan. Dalam keadaan normal, biji kecambah yang dibiarkan dalam media tumbuh  yang sesuai dapat berkembang membentuk organ baru dalam waktu 1 x 24 jam. Dalam hal ini arti pertumbuhan sendiri adalah bertambahnya ukuran dari organ yang baru saja mengalami perkembangan. Sedangkan perkembangan merupakan munculnya suatu organ baru.

F.      METODE PENELITIAN
a.      Variabel
1.      Variabel bebas                    :   Jenis dan jumlah tanaman Lidah Mertua.
2.                  Variable kontrol            : Ukuran, jenis dan bentuk kardus yang dimodifikasi, jumlah dan ukuran ikan mas, ukuran dan jumlah biji kacang hijau, jenis dan jumlah rokok, jumlah air, jenis dan jumlah kapas.
3.                  Variabel terikat             : Perilaku ikan dan perkembangan dan pertumbuhan biji kacang hijau.
b.      Alat dan Bahan
1.      2 kardus yang dimodifikasi
2.      3 pot kecil
3.      3 tanaman Lidah Mertua
4.      12 ikan mas kecil
5.      2 tempat/wadah ikan mas
6.      6 biji kacang hijau
7.      2 batang rokok
8.      Air
9.      Makanan ikan
10.  Kapas
11.  2 lempeng besi
c.       Cara Kerja
1.      Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2.      Menempatkan dua kardus secara terpisah dan berdampingan.
3.      Menaruh 3 tumbuhan Lidah Mertua  (Sansiviera sp.)  yang telah ditanam dalam pot kecil pada salah satu kardus.
4.      Menempatkan 6 ekor ikan dan biji kacang hijau yang ditempatkan pada kapas di masing-masing kardus.
5.      Menaruh lempeng logam dan membakar rokok kemudian menempatkannya pada masing-masing kardus.
6.      Menutup kardus dengan segera.
7.      Mengamati dan mencatat perilaku ikan mas dan perkembangan biji kacang hijau selama 4 hari berturut-turut.
       Foto langkah kerja dalam Lampiran I.
G.    HASIL PENGAMATAN
Ø  Pengamatan pada biji kacang hijau
Hari
Waktu setelah pembakaran
Perubahan biji kacang hijau
Banyak kecambah yang tumbuh (biji)
Jumlah Kecambah
Model 1
Model 2
Model 1
Model 2
Tinggi
Pendek
Tinggi
Pendek
Hari I
15 menit
0
0
-
-
-
-
Hari II
23 jam
5
5
-
-
-
-
Hari III
23 jam
6
5
4
2
2
3
Hari IV
23 jam
6
5
4
2
3
2


Ø  Pengamatan pada Ekosistem perairan
Hari, tanggal
Waktu setelah pengasapan
Kondisi Air
Perubahan pada ikan

Jumlah ikan yang hidup (ekor)
Keaktifan

Model 1
Model 2
Model 1
Model 2
Model 1
Model 2
Hari I
15 menit
++
++
6
6
+
+
Hari II
23 jam
++
+
6
6
+
+
15 menit
++
+
6
6
+
+-
Hari III
23 jam
+
-
6
5
+
+-
15 menit
+
-
6
5

+
+-
Hari IV
23 jam
+
--
6
3
+
+-
Keterangan kolom keaktifan   : +: Gerak
-:tidak bergerak
+-:lambat
Keterangan kolom kondisi air : ++ : Sangat jernih
                                                  +   : Jernih
-          : Agak keruh
--: Keruh
Foto hasil pengamatan dalam Lampiran II.

H.    PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan selama 4 hari berturut-turut dengan menggunakan 2 model, model pertama menggunakan tanaman Lidah Mertua, sedangkan model ke 2 tidak menggunakan tanaman Lidah Mertua, didapatkan hasil sebagai berikut :
Ø  Pada hari pertama, yakni 15 menit setelah pengasapan ikan pada model 1 dan model 2, semua ikan mengalami gerak normal dengan kecepatan gerak yang sama. Artinya pengasapan belum berpengaruh terhadap ikan. Sedangkan pada biji kacang hijau belum mengalami perubahan karena pada hari pertama merupakan awal dari penempatan biji kacang hijau pada media tanam dan pertumbuhan serta perkembangan tidak dapat diamati dalam rentang waktu yang singkat.
Ø  Pada hari kedua, yakni 23 jam setelah perlakuan pada hari pertama, ikan pada model 1 dan model 2, mengalami gerakan yang normal. Hal ini menunjukkan bahwa pengasapan belum berpengaruh yang disebabkan  karena setelah pengasapan pertama dengan selang waktu 23 jam kami menggunakan tembakau yang alami tanpa campuran dengan kandungan zat beracun yang sedikit. Tetapi warna air yang dipakai sebagai media hidup pada model 2 terlihat lebih keruh dibanding warna air yang dipakai sebagai media hidup ikan pada model 1.Hal ini menunjukkan bahwa zat racun yang terkandung dalam asap tembakau dapat pula mencemari air disekitarnya,sedangkan pada model 1 dengan adanya tanaman Lidah Mertua zat racun tersebut dapat dinetralisasi sehingga tidak mencemari air yang ada disekitar jangkauan asap tembakau. Sedangkan pada biji kacang hijau pada model 1 dan model 2 sudah menunjukkan perubahan yang sama, yakni 5 biji pada masing-masing model sudah mulai berkecambah. Tetapi disini belum menunjukkan adanya perbedaan yang terjadi pada biji kacang hijau di kedua model. Kemudian pada hari kedua dilakukan pengasapan kembali dengan menggunakan satu batang rokok dan tembakau pada masing-masing model. Setelah dilakukan pengasapan selama 15 menit, terjadi perbedaan yang mencolok pada kecepatan gerak ikan pada model 2, yakni ikan bergerak lambat. Hal ini menunjukkan bahwa pengasapan dengan batang rokok menghasilkan zat beracun yang dapat mempengaruhi keaktifan gerak ikan.
Ø  Pada hari ketiga, yakni 23 jam setelah dilakukan pengasapan pada hari kedua, menunjukkan bahwa pada model 2, terdapat satu ekor ikan telah mati. Hal ini disebabkan karena air yang tercemar  yang diindikasikan oleh air yang semakin keruh dibanding pada hari sebelumnya.Pengamatan terhadap gerak ikan menunjukkan 6 ekor ikan pada model 1 masih bergerak normal seperti pada hari sebelumnya, sedangkan 5 ekor ikan pada model 2 bergerak lebih lambat dari hari sebelumnya. Sedangkan pada biji kacang hijau model 1 menunjukkan bahwa 4 biji kacang hijau telah tumbuh lebih panjang dibandingkan dengan 2 biji kacang hijau yang telah tumbuh pula. Biji kacang hijau pada model 2, hanya terdapat 5 biji kacang hijau yang telah tumbuh dengan hanya 2 biji yang tumbuh lebih panjang dan 3 biji tumbuh dengan perkecambahan yang lebih pendek. Kemudian untuk mengetahui pengaruh pengasapan rokok pada model 1 dan model 2 dilakukan pengasapan kembali. Setelah pengasapan selama 15 menit, dapat diamati kembali bahwa gerak ikan pada model 1 masih terlihat normal, sedangkan pada model 2 gerakan 5 ekor ikan lebih lambat dan ikan-ikan tersebut lebih sering muncul ke atas permukaan air. Hal ini menunjukkan bahwa air yang menjadi tempat hidup ikan telah tercemar sehingga kadar oksigen dalam air tersebut semakin berkurang, sehingga ikan muncul ke permukaan air untuk memenuhi kebutuhan oksigennya.
Ø  Pada hari keempat pengamatan, warna air yang menjadi tempat hidup ikan pada model 2 semakin keruh dan terdapat 3 ekor telah mati. Hal ini mengindikasikan 3 ekor ikan yang telah mati tersebut tidak mampu mempertahankan hidupnya dikarenakan semakin sedikitnya kandungan oksigen dalam air tersebut dan semakin banyaknya kadar zat racun dari pengasapan akibat tidak adanya penetralisasi polutan seperti yang terdapat pada model 1 dengan penetralisasi polutan berupa tanaman Lidah Mertua. Pada model 1 terlihat air tetap jernih dan gerakan ikan masih normal. Pada biji kacang hijau model 1 semua bijinya tumbuh dengan baik yakni 4 biji kacang hijau tumbuh lebih panjang dan 2 biji kacang hijau tumbuh lebih pendek, sedangkan pada kecambah dalam model 2, satu biji tetap tidak mengalami perkecambahan dengan 3 biji berkecambah lebih panjang dan 2 biji berkecambah lebih pendek.
Penelitian hanya dilakukan selama empat hari, karena sudah ditunjukkan perubahan yang signifikan baik pada ikan maupun biji kecambah yang diamati, sehingga data yang diperoleh sudah dapat di pakai untuk menarik kesimpulan dari hipotesis yang telah praktikan ajukan.
Dari hasil pengamatan jelas terlihat bahwa tanaman Lidah Mertua mampu menetralisasi asap rokok sehingga kelangsungan hidup dan gerak ikan serta perkecambahan pada biji kacang hijau berlangsung seperti pada keadaan normal ketika tidak terdapat paparan asap rokok disekitar mereka. Hal ini sesuai dengan teori, bahwa tanaman Lidah Mertua memiliki zat aktif pregnane glikosid yang mampu menyerap polutan di udara. Pregnane glikosid ini terdapat pada bagian daun tanaman Lidah Mertua. Polutan yang telah diserap oleh zat aktif berupa pregnane glikosid tersebut kemudian dikirim ke akar, pada bagian akar, mikroba melakukan proses detoksifikasi. Proses detoksifikasi ini, mempergunakan zat aktif pregnane glikosid. Melalui proses ini, mikroba akan menghasilkan suatu zat yang diperlukan oleh tanaman seperti asam amino, gula, dan asam organik. Setelah didetoksifikasi, juga dihasilkan udara yang telah bersih. Mikroba yang melakukan proses tersebut berupa sebelas jamur dan enam bakteri yang terdapat pada bagian akar tanaman lidah mertua. Namun, hingga saat ini belum penelitian yang menghasilkan kepastian pengetahuan tentang nama dari tiap jenis mikroba tersebut. Setiap bagian tanaman Lidah Mertua memiliki peranan penting yang sama dalam menetralisasi polutan di udara. Daun Lidah Mertua tanpa akarnya tidak dapat bekerja secara sempurna, begitu juga sebaliknya, akar tanpa adanya daun yang terlebih dahulu mengikat polutan di udara takkan mampu menjalankan fungsinya dalam proses detoksifikasi.
Berdasarkan literatur, tanaman Lidah Mertua mampu menyerap polutan derivat hidrokarbon seperti formaldehid sebanyak 0,938 mikrogram/jam, sehingga untuk ruangan 100 m² cukup ditempatkan tanaman Lidah Mertua dewasa berdaun 4-5 helai. Untuk ruangan dengan volume 100 m³ (panjang 5m, lebar 5 m, tinggi 4 m) dapat ditempatkan tanaman Lidah Mertua dewasa sebanyak 5 helai sebagai penetralisir udara tercemar agar ruangan tersebut bebas dari polutan.
Selain sebagai antipolutan yang menetralisasi berbagai zat penyebab polusi, misanya pada rokok yang mengandung tar, nikotin, dan karbon monoksida (CO) dan lebih dari 7,000 zat kimia lain, formaldehid, SO2, NO, NO2, CO, O3, SPM (Suspended Particulate Matter), Pb, dll. Tanaman Lidah Mertua juga mampu manangkal berbagai radiasi juga dapat didayagunakan sebagai bahan dasar pembuatan berbagai jenis obat kesehatan untuk manusia.
Berhubungan dengan perilaku dan kelangsungan hidup ikan yang di pakai dalam percobaan, karena oksigen yang terlarut di dalam air semakin terbatas, maka pertukaran oksigen yang terjadi pada kapiler-kapiler darah di dalam filamen insang terganggu sehingga pengangkutan oksigen dalam pembuluh arteri brancialis berkurang. Sedangkan dalam perkecambahan biji kacang hijau dimana perkecambahan tersebut diawali dengan penyerapan air dari lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi (berarti "minum"). Biji menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun udara (dalam bentuk embun atau uap air. Efek yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel-sel embrio membesar) dan biji melunak. Pada kecambah yang udara dan airnya tercemar oleh asap rokok tanpa adanya penetralisir polutan, maka udara dan air yang diserap selama proses tersebut merupakan udara yang banyak mengandung racun yang menghambat proses perkecambahan baik pada tahap imbibisi maupun tahap setelahnya.
 Dari pernyataan tersebut menunjukkan bahwa hasil percobaan yang telah kami lakukan telah sesuai dengan hipotesis dan teori yang ada, namun terdapat beberapa kendala yang terjadi selama kami melakukan percobaan,diantaranya adalah :
1.      Alat praktikum yang kami gunakan kurang memadai, seperti kardus modifikasi yang tidak tahan panas sehingga mudah terbakar dan memyebabkan asap rokok keluar dari kardus. Selain itu, kardus modifikasi yang digunakan tidak dapat tertutup dengan rapat, sehingga ada asap rokok yang terbebas. Keluarnya asap rokok dari kardus modifikasi ini membuat kami sulit mengontrol banyaknya asap rokok.
2.      Bahan berupa rokok yang tidak dapat terbakar dengan baik apabila tidak dihisap. Hal ini mengakibatkan kurangnya kandungan asap rokok diudara. Di samping itu, rokok yang terbakar pada masing-masing model tidak sama.
3.      Gambar yang dilampirkan kurang dapat digunakan untuk pembanding karena dalam pengambilan gambar, posisi pengambilan gambar tidak sama.
Pada percobaan ini, terdapat beberapa hal yang tidak dapat dikontrol oleh praktikan yang menyebabkan kurang validnya hasil dari percobaan ini. Namun, pada dasarnya percobaan ini sudah sesuai dengan teori yang ada.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, sebaiknya wadah pengasapan menggunakan bahan yang tahan panas, tidak mudah bocor, serta transparan sehingga mudah diamati oleh praktikan. Pembakaran rokok akan lebih baik jika dilakukan secara langsung, dalam hal ini dihisap oleh perokok aktif. Sehingga kandungan asapnya sama seperti realita di lingkungan dan setiap wadah mendapatkan asupan rokok yang sama dan lebih mudah dikontrol.
I.       KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan ini dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa tanaman Lidah Mertua (Sanseviera sp.) dapat menetralisasi asap rokok di udara. Maka, hipotesis kami terbukti.

J.       DAFTAR PUSTAKA
Dewi,Y.S.,I.Hapsari.2012.Kajian Efektivitas Daun Puring (Codiaeum variegatum)             dan Lidah Mertua (Sansevieria sp.) dalam Menyerap Timbal di Udara          Ambien.Jakarta : Erlangga
Gunawan, A.,M.Rivai, E.Setijadi.2011.Pengukuran Kadar Kepekatan Asap pada                         Lahan             Gambut.Surabaya : ITS
Jurnal Ilmiah Universitas Satya Negara Indonesia.5(2): 1-7 (http://distan.riau.go.id/index.php/component/content/article/52-tanaman-hias/193-            lidah-mertua.) 28 September 2014,20.00 WIB